"TIDAK ADA PR LAGI?!!"
PEKERJAAN Rumah atau PR kadang menjadi momok bagi sebagian siswa
yang tidak suka. Juga bagi sebagian orangtua siswa, yang menganggap PR hanya
akan membebani putra-putrinya dan mengurangi waktu bermain di rumah.
Sebenarnya, PR yang diberikan oleh guru di tingkat pendidikan
dasar, SD dan SMP, bertujuan untuk memandu siswa dalam memahami pokok bahasan
tertentu. PR juga sebagai kelanjutan dari pembelajaran di kelas, sehingga siswa
akan semakin memahami dan menguasai materi yang diajarkan guru.
Namun kadang tugas yang diberikan guru melebihi kapasitas
kemampuan siswa, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan siswa dan orangtua,
karena siswa dipaksa harus duduk berjam-jam untuk mengerjakan tugas PR. Apalagi
dengan maraknya penggunaan handphone (HP)
bagi setiap orang, termasuk siswa SD/SMP yang oleh orangtua sudah difasilitasi
dengan alasan memudahkan untuk komunikasi, namun justru semakin membuat siswa
tidak nyaman untuk duduk mengerjakan PR.
Kecenderungan siswa untuk bermain HP saat ini memanglah sangat
tinggi. Pada setiap kegiatan yang diikuti oleh siswa, seperti pengajian,
diskusi, belajar kelompok, bermain dengan teman bahkan belajar di sekolah, akan
diwarnai dengan memegang dan memainkan HP, baik secara individu maupun
kelompok. Orangtua dan guru tidak akan mampu membendung era komunikasi yang sangat
cepat tersebut. Hal yang bisa dilakukan hanya memberikan bimbingan dan
pendampingan.
Menjadi suatu kewajiban bagi guru untuk dapat mengalihkan
kesukaan siswa dalam menggunakan HP dari hanya bermain saja, menjadi bermain
sambil belajar. Sekaligus memberikan citra positif tentang pentingnya PR dalam
kegiatan pembelajaran.
Apa mau dikata, pertimbangan diatas kelihatannya akan bertepuk
sebelah tangan. Niatan tersebut tidak akan terlaksana karena pemberian PR telah
ditiadakan berdasarkan .......
Lalu bagaimana guru mensiasati
hal ini.
Pertimbangannya, apabila siswa tidak diberi PR maka mereka
sebagian besar tidak akan belajar dan bila di beri PR akan membebani mereka.
Disinilah terdapat istilah Pilar pendidikan bukan hanya Guru dan
Siswa saja. Orang tua juga harus mengambil peran. Dalam mengarahkan dan mendidik
anak bukan hanya diserahkan pada bapak/ibu guru tetapi juga peran orang tua
juga diperlukan. Hal ini tentu ketika siswa berada dirumah.
Jadi bapak/ibu guru harus memiliki ‘komunikasi’ dengan orang tua
siswa. Guru atau pihak sekolah setidaknya memiliki group WA. Dan akan semakin
berjalan baik bila Group WA ini hanya perkelas. Didalam Group ini guru bisa menyampaikan
hal-hal yang memang diperlukan siswa dan sebaliknya orang tua bisa menyampaikan
juga hal-hal yang diperlukan oleh anak-anak mereka ketika disekolah.
‘komunikasi’ ini penulis anggap bisa menjembatani ketiga pihak. Sekolah,
siswa dan orang tua.
Masing –masing pihak memainkan peran mereka untuk membentuk
kepribadian ataupun kepandaian anak. Dan tentu saja masih ada beberapa orang
tua yang belum memiliki smartphone, namun ini disiati dengan guru berkomunikasi
dengan orang tua siswa disekitar keluarga atau orang tua yang tidak memiliki
fasilitas itu.
Meski PR sudah ditiadakan, guru masih bisa tetap ‘meminta’ agar orang
tua memantau belajar anak anak mereka dirumah.
Terbentuklah komunikasi yang baik dalam mendidik anak. Alhamdulillah.
Blogger Risfanbiz.
Salam penulis.
0 Response to ""TIDAK ADA PR LAGI?!!""
Posting Komentar